SURYA Online, Jumat, 10 Juni 2011
SURABAYA | SURYA - Ny Siami tak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya itu diusir ratusan warga setelah ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat Unas pada 10-12 Mei 2011 lalu. Bertindak jujur malah ajur!
Teriakan “Usir, usir…tak punya hati nurani” terus menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, Kamis (9/6) siang. Ratusan orang menuntut Ny Siami meninggalkan kampung. Sementara wanita berkerudung biru di depan kerumunan warga itu hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maaf Siami yang diucapkan dengan bantuan pengeras suara nyaris tak terdengar di tengah gemuruh suara massa yang melontarkan hujatan dan caci maki.
Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, menghujat tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang kemarin. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya.
Padahal, agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.
Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.
Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah Unas selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum Unas sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.
Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek-mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI.
Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.
Dan perkembangan selanjutnya, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Hari Rabu (8/6), warga sudah lebih dulu menggeruduk rumah Siami di Jl Gadel Sari Barat.
Demo itu mendesak Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya, Kamis.
Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang.
Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi Purnomo mendatangi Balai RW. Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami.
Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.
Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang Unas. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung.
Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo. Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.
Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga menyeletuk. “Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya,” ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain.
Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi.
”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian,” sindir Daniel.
Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid.
Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak “usir… usir”. Namun warga mulai tenang karena Sukatman tempak menghampiri Ny Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.
Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.
Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. “Saya minta maaf kepada semua warga…” ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya.
Namun, sang suami terus membimbing, membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak “usir”. Baik petugas polisi dan tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru kemudian kembali terdengar suara Siami.
Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap, “Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik.”
Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek, ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.
Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. “Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik,” kata Saki. Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng setelah rumahnya beberapa kali didemo warga.
Sementara itu, Ny Leni, perwakilan warga menyatakan bahwa pihaknya masih akan terus menuntut agar tiga guru yang dicopot tetap mengajar di SDN Gadel 2 dan menuntut Siami bertanggung jawab.
Budaya sakit
Prof Daniel M Rosyid yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menyesalkan tindakan warga Gadel yang berencana mengusir keluarga Siami, ibunda Al. “Tuntutan warga untuk mengusir keluarga Al tidak masuk akal. Itu tidak bisa dituruti,” katanya.
Daniel menilai tuntutan warga tersebut sudah tidak rasional. Perbuatan benar yang dilakukan ibu Al, Siami, dinilai warga justru malah salah. Tindakan menyontek rupanya sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. “Warga ternyata sakit,” katanya.
Lagi pula Kepala Sekolah Sukatman dan dua guru kelas VI, Fatkhur Rohman dan Prayitno, sudah legowo dan menerima keputusan sanksi yang diberikan. “Saya kira ini kalau dibiarkan masyarakat akan sakit terus. Orang jujur malah ajur, ini harus kita cegah,” papar Daniel.
Sebelumnya, hasil tim independen pimpinan Daniel Rosyid menyampaikan temuannya bahwa Al, anak Siami, memang diintimidasi guru sehingga mau memberikan contekan. Namun, tim tidak menemukan cukup bukti sehingga Unas di SDN Gadel 2 perlu diulang. Alasannya tim independen tidak menemukan hasil jawaban Unas yang sistemik sama, dan nilai Unas pun hasilnya tidak sama. Al ternyata membuat contekan yang diplesetkan. Al tidak seluruhnya memberikan jawaban yang benar. Dan kawannya pun tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban Al. Sehingga hasil ujian tidak sama.
Selain itu tim juga mempertimbangkan Unas ulang akan memberatkan siswa dan wali murid. Sanksi yang direkomendasikan yakni sanksi administratif dari Pemkot Surabaya kepada guru yang melakukan intimidasi kepada Al.
Berdasarkan temuan tim independen ditambah pemeriksaan Inspektorat Pemkot Surabaya itulah, Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya mencopot Kepala Sekolah SDN Gadel 2 Sukatman dan dua guru kelas VI Fatkhur Rohman dan Prayitno.
Total Tayangan Halaman
Sabtu, 11 Juni 2011
Rabu, 01 Juni 2011
PTS MENJADI Kampus Kelas Dunia
REPUBLIKA, 15042011, Annisa Mutia Desy Susilawati. ed : irwan kelana
Predikat world class university (WCU) atau universitas kelas dunia menjadi dambaan berbagai universitas di seluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Tidak hanya perguruan tinggi negeri (PTN) yang membidik predikat WCU. Sejumlah perguruan tinggi swasta (PTS) pun mengejar predikat WCU tersebut. Sebut saja Universitas Yarsi, Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), dan Akademi Bina Sarana Informatika (BSI).
Direktur Bina Sarana Informatika (BSI), Ir Naba Aji Notoseputro mengatakan BSI pun tertarik untuk mengejar predikat WCU. "Sejak tahun lalu kami berupaya mengejar predikat tersebut," ujarnya.
Menurutnya, potensi untuk mendapatkan predikat WCU ini sangat besar. Apalagi langkah-langkah yang dilakukan BSI ini tergolong cukup cerdas. "Kami yakin bisa mendapatkan predikat WCU versi Webometrics akhir tahun 2011 ini," tegasnya.
Namun, Naba menegaskan, predikat WCU bukanlah tujuan akhir dari BSI. Karena WCU yang dikejarnya hanyalah salah satu tolok ukur. Masih banyak tolok ukur lain, seperti akreditas dan sejauh mana alumni BSI bisa bekerja. "Predikat WCU penting, tapi bukan segalanya," tegas Naba Aji Notoseputro.
Hal senada ditegaskan oleh Rektor Universitas Yarsi, Prof dr Abdul Salam M Sofro PhD SpKT. Menurutnya, predikat WCU bukanlah suatu tujuan, melainkan suatu pengakuan. "Sebuah perguruan tinggi sudah dikatakan baik, jika sudah menjalankan tridharma pendidikan," ujarnya.
Ia menambahkan, Universitas Yarsi sudah berhasil menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan tinggi jika para lulusannya mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh. Tentu ilmu itu bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat.
Mengingat WCU merupakan pengakuan, tegas Salam, tridharma perguruan tinggi di Indonesia sudah cukup. Oleh sebab itu, yang terpenting adalah bagaimana perguruan tinggi melaksanakan dharma pendidikan yang unggul, dharma penelitian yang bermutu tinggi, dan dharma pengabdian di masyarakat yang dapat mendorong peningkatan kualitas hidup.
"Dengan catatan dharma pendidikan tadi tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga bersifat global," tuturnya.
Universitas Yarsi, tegas Salam, telah mempersiapkan diri menjadi perguruan tinggi yang akan menghasilkan lulusan yang kompeten dan kompetitif. " Universitas Yarsi juga sudah melakukan beragam cara agar lulusannya dapat bersaing di masyarakat," papar Salam.
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof Dr Hj Masyitoh MAg mengatakan, UMJ sedang menata diri dan mempersiapkan segala persyaratan guna menuju WCU. Banyak hal yang dilakukan UMJ dalam rangka menuju prestasi tersebut. Antara lain, menata perangkat Information Technology (IT), mendorong beberapa dosen untuk studi lanjut ke luar negeri, memperbaiki sarana dan prasarana, serta menambah sumber daya manusia yang berkualitas. "Penelitian sudah pasti, karena penelitian bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi," jelas Masyitoh.
UMJ juga menjalin kerja sama dalam bidang pengembangan akademik dan penelitian dengan universitas dan instansi dari luar negeri. "Kami juga menerima mahasiswa dari luar negeri untuk belajar di UMJ, ada yang dari Somalia, Thailand, dan Timor Timur," papar Masyitoh.
Tak kalah pentingnya adalah peningkatan sumber daya manusia. "Tahun 2011 UMJ mematok target melahirkan minimal tiga profesor," tutur Masyitoh.
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Prof Dr Zuhal, mengemukakan, ada tiga langkah yang tengah dipersiapkan UAI untuk mendapatkan gelar WCU. Pertama, menyiapkan sertifikasi internasional ISO 9000. Sertifikasi itu berkaitan dengan standardisasi buku, laporan keuangan, audit, jurnal, dan lain sebagainya. "Insya Allah, tahun depan kita dapat gelar WCU," jelasnya.
Kedua, membuat partisipasi dengan internasional. "Ketiga, memanfaatkan keunggulan lokal," tutur Zuhal. ed: irwan kelana
Predikat world class university (WCU) atau universitas kelas dunia menjadi dambaan berbagai universitas di seluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Tidak hanya perguruan tinggi negeri (PTN) yang membidik predikat WCU. Sejumlah perguruan tinggi swasta (PTS) pun mengejar predikat WCU tersebut. Sebut saja Universitas Yarsi, Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), dan Akademi Bina Sarana Informatika (BSI).
Direktur Bina Sarana Informatika (BSI), Ir Naba Aji Notoseputro mengatakan BSI pun tertarik untuk mengejar predikat WCU. "Sejak tahun lalu kami berupaya mengejar predikat tersebut," ujarnya.
Menurutnya, potensi untuk mendapatkan predikat WCU ini sangat besar. Apalagi langkah-langkah yang dilakukan BSI ini tergolong cukup cerdas. "Kami yakin bisa mendapatkan predikat WCU versi Webometrics akhir tahun 2011 ini," tegasnya.
Namun, Naba menegaskan, predikat WCU bukanlah tujuan akhir dari BSI. Karena WCU yang dikejarnya hanyalah salah satu tolok ukur. Masih banyak tolok ukur lain, seperti akreditas dan sejauh mana alumni BSI bisa bekerja. "Predikat WCU penting, tapi bukan segalanya," tegas Naba Aji Notoseputro.
Hal senada ditegaskan oleh Rektor Universitas Yarsi, Prof dr Abdul Salam M Sofro PhD SpKT. Menurutnya, predikat WCU bukanlah suatu tujuan, melainkan suatu pengakuan. "Sebuah perguruan tinggi sudah dikatakan baik, jika sudah menjalankan tridharma pendidikan," ujarnya.
Ia menambahkan, Universitas Yarsi sudah berhasil menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan tinggi jika para lulusannya mampu mengaplikasikan dan mengembangkan ilmu yang diperoleh. Tentu ilmu itu bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat.
Mengingat WCU merupakan pengakuan, tegas Salam, tridharma perguruan tinggi di Indonesia sudah cukup. Oleh sebab itu, yang terpenting adalah bagaimana perguruan tinggi melaksanakan dharma pendidikan yang unggul, dharma penelitian yang bermutu tinggi, dan dharma pengabdian di masyarakat yang dapat mendorong peningkatan kualitas hidup.
"Dengan catatan dharma pendidikan tadi tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga bersifat global," tuturnya.
Universitas Yarsi, tegas Salam, telah mempersiapkan diri menjadi perguruan tinggi yang akan menghasilkan lulusan yang kompeten dan kompetitif. " Universitas Yarsi juga sudah melakukan beragam cara agar lulusannya dapat bersaing di masyarakat," papar Salam.
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Prof Dr Hj Masyitoh MAg mengatakan, UMJ sedang menata diri dan mempersiapkan segala persyaratan guna menuju WCU. Banyak hal yang dilakukan UMJ dalam rangka menuju prestasi tersebut. Antara lain, menata perangkat Information Technology (IT), mendorong beberapa dosen untuk studi lanjut ke luar negeri, memperbaiki sarana dan prasarana, serta menambah sumber daya manusia yang berkualitas. "Penelitian sudah pasti, karena penelitian bagian dari Tridharma Perguruan Tinggi," jelas Masyitoh.
UMJ juga menjalin kerja sama dalam bidang pengembangan akademik dan penelitian dengan universitas dan instansi dari luar negeri. "Kami juga menerima mahasiswa dari luar negeri untuk belajar di UMJ, ada yang dari Somalia, Thailand, dan Timor Timur," papar Masyitoh.
Tak kalah pentingnya adalah peningkatan sumber daya manusia. "Tahun 2011 UMJ mematok target melahirkan minimal tiga profesor," tutur Masyitoh.
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Prof Dr Zuhal, mengemukakan, ada tiga langkah yang tengah dipersiapkan UAI untuk mendapatkan gelar WCU. Pertama, menyiapkan sertifikasi internasional ISO 9000. Sertifikasi itu berkaitan dengan standardisasi buku, laporan keuangan, audit, jurnal, dan lain sebagainya. "Insya Allah, tahun depan kita dapat gelar WCU," jelasnya.
Kedua, membuat partisipasi dengan internasional. "Ketiga, memanfaatkan keunggulan lokal," tutur Zuhal. ed: irwan kelana
Beragam Versi WCU
REPUBLIKA, 15042011
Ada beberapa versi world class university (WCU) dengan tolok ukurnya masing-masing. Tiap-tiap perguruan tinggi bisa memilih versi mana yang cocok dan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Di bawah ini beberapa versi WCU:
1. Versi Webometrics
Tolok ukur : Mengacu seberapa banyak website PT yang bersangkutan diakses pengguna internet. Semakin tinggi hits diunduh publik, memungkinkan PT menempati ranking atas.
Persyaratan : PT tersebut memperkuat jaringan website. Seluruh kegiatan akademik - penelitian, jurnal, seminar, kajian ilmiah, dan karya tulis berupa buku - maupun nonakademik di-upload di website. Ini untuk mengajar agar diakses seluruh dunia.
2. Versi standar Shanghai Jiaotong University, Cina
Tolok Ukur : Seberapa banyak jumlah profesor atau peneliti di kampus yang bersangkutan yang mendapatkan hadiah Nobel.
Persyaratan : Memperbanyak kegiatan penelitian, sehingga penelitiannya bisa memperoleh Nobel.
3. Versi badan dunia PBB, Unesco
Tolok Ukur : Perguruan tinggi yang bersangkutan memiliki sarana dan prasarana pendukung, serta kualifikasi jumlah tenaga pengajar memadai.
Persyaratan : Mengejar standar sarana dan prasarana, dan dosen memadai.
Menurut Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Prof Dr Zuhal, ada lima kriteria sebuah universitas dapat memperoleh gelar world class university (WCU) : kualitas penelitian, kualitas proses belajar, ada lima fakultas yang bertaraf internasional dan menggunakan bahasa Inggris, ada kerja sama dengan internasional, dan lulusannya mudah mendapatkan pekerjaan.
Ada beberapa versi world class university (WCU) dengan tolok ukurnya masing-masing. Tiap-tiap perguruan tinggi bisa memilih versi mana yang cocok dan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Di bawah ini beberapa versi WCU:
1. Versi Webometrics
Tolok ukur : Mengacu seberapa banyak website PT yang bersangkutan diakses pengguna internet. Semakin tinggi hits diunduh publik, memungkinkan PT menempati ranking atas.
Persyaratan : PT tersebut memperkuat jaringan website. Seluruh kegiatan akademik - penelitian, jurnal, seminar, kajian ilmiah, dan karya tulis berupa buku - maupun nonakademik di-upload di website. Ini untuk mengajar agar diakses seluruh dunia.
2. Versi standar Shanghai Jiaotong University, Cina
Tolok Ukur : Seberapa banyak jumlah profesor atau peneliti di kampus yang bersangkutan yang mendapatkan hadiah Nobel.
Persyaratan : Memperbanyak kegiatan penelitian, sehingga penelitiannya bisa memperoleh Nobel.
3. Versi badan dunia PBB, Unesco
Tolok Ukur : Perguruan tinggi yang bersangkutan memiliki sarana dan prasarana pendukung, serta kualifikasi jumlah tenaga pengajar memadai.
Persyaratan : Mengejar standar sarana dan prasarana, dan dosen memadai.
Menurut Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Prof Dr Zuhal, ada lima kriteria sebuah universitas dapat memperoleh gelar world class university (WCU) : kualitas penelitian, kualitas proses belajar, ada lima fakultas yang bertaraf internasional dan menggunakan bahasa Inggris, ada kerja sama dengan internasional, dan lulusannya mudah mendapatkan pekerjaan.
Langganan:
Postingan (Atom)